Helo bloca :D
Sebelum kita ngobrol lebih lanjut, kita bahas dulu yuk, definisi dari sahabat? Apakan orang-orang yang disekitar kita layak disebut sebagai sahabat? Apakah kalau ada orang yang sekedar bisa membuat kita enjoy, asyik, terhibur atau menyinggungkan senyum, layak disebut sahabat?
Menurut Drs. Hanifullah Syukri, H.Mun yang juga pakar linguistic di Fakultas Sastra UNS, secara semantic sahabat itu nggak sama dengan teman. Sahabat itu lebih dekat dengan kita daripada sekedar teman. Nah, kalau menurut Desi Mutia Ali, Psi., M.Psi, sahabat diawali dari pertemanan. Trus ketika ditemukan beberapa kecocokan dan kenyamanan mulailah dua atau lebih orang itu memproklamirkan diri sebagai sahabat. Jadi hubungannya resipok atau saling berbalas dan sama-sama tahu kalo Andini sahabatnya Rizqi, misalnya.
Kata psikolog alumni Undip yang ngelanjutin S2 di UI ini, hubungan interaksi antara sahabat itu sifatnya langgeng atau terus-menerus dan intensif. Bisa jadi si Andini waktu SD sahabat sama Rizqi, tapi kemudian mereka berpisah di SMA karena si Andini harus pindah ke kota lain. Ketika 10 tahun kemudian mereka bertemu mereka akan tetap memproklamirkan diri sebagai sahabat…gitu lohh..:o
Jadi, syarat menjadi sahabat emang nggak semudah seperti kalau sekedar berteman. Kalau kita ngeklik situs Wikipedia, persahabatan dimaknai dengan suatu hubungan antar sesame yang melibatkan pengetahuan, penghargaan, dan afeksi. Jadi, persahabatan itu emang diawali dari pengetahuan atau pengenalan antar sesame. Pepatah mengatakan, nggak kenal maka nggak sayang. Nah, dari rasa kenal itu, kemudian muncul perasaan saling menghargai, yang akhirnya melahirkan afeksi, atau perasaan kasih sayang :D
Seorang sahabatakan menyambut kehadiran sesamanya, menunjukkan kesetiaan satu sama lain, dan seringkali mencapai taraf altruism. Apa sih, altruism itu? Dalam KBBI, altruism dimaknai sebagai sifat lebih mengutamakan kepentinganorang lain, atau naluri berupa dorongan untuk berbuat jasa kepada manusia lain, dalam hal ini berarti sahabat kita itu.
Oh iya, satu yang perlu dipahami, bahwa karena sifat persahabatan itu resiprok, maka akan sering dijumpai perilaku yang berbalasan (take and give, saling member dan saling menerima), yang biasanya reflektif (bersifat reflex, nggak pake mikir).
Jadi, definisi sahabat semacam itu pas banget dengan apa yang diungkapkannoleh Robi’ah al-Adawiyah. Menurut penulis speasialis remaja buku terbarunya ‘Pacaran, Ih Nggak Banget’ itu berpendapat bahwa “Sahabat adalah orang yang segera kita ingat saat duka menerpa.” Disebabkan karena, “Sahabat itu mengenal kita apa adanya. Perlahan namun pasti, sehingga hati dan pikirnya memahami kita, meskipun mungkin tak sekata. Membiarkan perbedaan menjadi harmoni, meski tetap mendukung dan mengkritik. Ajaib, sebab kritiknyantetap menjadikan kita kembali padanya. Dan, dukungannya akan menjadikan kita semakin bermakna.”
Itulah mengapa Ustadzah Hidayatul Muniroh, tokoh sebuah LSM remaja di Ponorogo mengatakan, “Khairul ashhabi man yadullaka ilal khairi.” Sahabat yang baik itu yang mau membawa kita kepada kebenaran. Menunjukkan kita kalu kita melakukan kesalahan.
Menurut gue, sahabat itu adalah “seseorang yang menghibur kita saat kita duka, menguatkan saat kita lemah, mengingatkan saat kita khilaf, menyalakan pelita saat gelap.” Hehehe :D
Post a Comment
-Be nice there
-Ask something? Just ask in the box of things
-U smile, I smile