December 13, 2009

Tujuan Yang Jelas

HIDUP manusia seperti seorang pengembara. Pandangan tersebut ada benarnya. Sebab antara keduanya memiliki kemiripan, meskipun tidak dapat dikatakan sama persis. Seperti halnya pengembara, perjalanan kehidupan manusia juga dihiasi berbagai persyaratan jika hidupnya ingin mulus.

Satu dan sekian persyaratan terpenting yang harus dilakukan seorang pengembara adalah menetapkan tujuan (ghayah). Ia merupakan separuh dari keberhasilan sebuah perjalanan. Menetapkan tujuan adalah separuh dari kesuksesan. Separuh lainnya adalah perbekalan yang cukup, kesiapan yang matang. kegigihan dan lainnya.

Siksaan tak terperi bagi seorang pengembara yang tidak tahu kemana ia akan pergi. Setiap satu langkah kaki diayun selalu saja bayang-bayang keraguan menghantui. Ragu jika tersesat. Ragu tujuannya tak tercapai. Bahkan ragu akan keselamatan diri dan gangguan begal di tengah perjalanan.

Tujuan saja belumlah cukup. Tujuan harus juga jelas. Tidak samar-samar, apalagi kabur. ia haruslah terang, bak rembulan menyinari kegelapan di malam hari. Bak mentari menyinari bumi di siang hari. Dan kejelasan tujuan itu merupakan dasar dari keberhasilan. Pembuka dari kesuksesan.

Tidak sedikit orang mengira tujuan tersebut adalah harta. Ada pula yang mengira kedudukan. Sebagian lainnya menduga-duga ada di pangkat dan kehormatan. Itulah sebabnya mereka bekerja keras, kepala jadi kaki, kaki jadi kepala, banting tulang memburu harta, pangkat dan kedudukan.

Waktu telah berlalu. Tenaga telah terkuras habis. Sayangnya tujuan sesungguhnya tak jua tiba. Pangkat. kedudukan dan harta telah mereka raih, sayangnya hati mereka tetap hampa. Jiwanya tidak bahagia. Padahal, harta melimpah ruah, jabatan tinggi dan kedudukan terhormat ada di dekathya.

Di mana tujuan itu? Allah adalah tujuan. Allah tempat kita mengadu. Hanya dengan mengejar keridhaan-Nya manusia akan bahagia. Dengan-Nya pula kita akan selamat dari siksa neraka yang pedihnya tak terkira. Karena Allah itu pula orang-orang shalih terdahulu rela mengorbankan harta, tenaga, pikiran, bahkan jiwa.
Mereka tidak mencari mati. Namun jika siksaan datang, mereka tidak pernah mundur. Bagi mereka penderitaan adalah kenikmatan karena mereka mengharap ridha-Nya kelak. Itulah yang harus dimiliki para dai agar mereka termasuk barisan shiddiqun mukhlishun (orang-orang yang jujur dan ikhlas).

Post a Comment

-Be nice there
-Ask something? Just ask in the box of things
-U smile, I smile

Cute Spinning Flower Pink